Reina adalah seorang anak yatim piatu. Usia reina 13 Tahun, pada usia 10 Tahun ia telah ditinggalkan ayah dan ibunya. Semenjak kematian ayah dan ibunya reina diasuh oleh kerabat ayahnya yang bernama yudi.
Ayah angkatnya sangat sayang dengan reina karena yudi dan istrinya tidak memiliki anak, namun sarnih istrinya sebenarnya tidak menginginkan anak, tetapi dengan sangat terpaksa sarnih pun mendengarkan perkataan suaminya untuk mengangkat reina menjadi anak mereka.
Namun sebenarnya alasan sarnih tidak mau mengadopsi anak karena kondisi keuangan keluarganya masih morat-marit, suaminya hanya berjualan macam-macam gorengan di sekolah penghasilannya pun tidak mencukupi kehidupan rumah tangganya, sedangkan sarnih istrinya hanya sebagai ibu rumah tangga.
Di usia 13 Tahun pun reina harus kehilangan orang tercinta , setelah kematian ayah dan ibunya, bapak angkatnya reina harus pergi untuk selama-lamanya untuk menghadap Tuhan. Sepeninggalan bapak angkatnya meninggal dunia, sarnih ibu angkatnya lebih sering memarahi reina, walaupun dahulu masih ada suaminnya memang sarnih terkenal dengan ibu yang galak oleh tetangganya, namun dihadapan suaminya yudi ia tidak berani memarahi atau membentak reina anak angkatnya, namun ketika suaminya tidak ada di rumah sarnih berani untuk memarahi atau membentak ketika reina melakukan kesalahan, terkadang pula ibu angkatnya berlaku kasar padanya dengan main tangan .
Sejak bapak angkat reina meninggal, reina harus putus sekolah sebab ibu angkatnnya tidak mampu lagi untuk memberikan uang jajan anak angkatnya itu. Padahal sangat disayangkan reina sudah kelas VI sekolah dasar, sebentar lagi akan menghadapi ujian sekolah dan kelulusan. Namun apalah daya, sarnih ibu angkat mengharuskan reina untuk berhenti sekolah dengan dalih tidak memiliki biaya.
Sebenarnya reina anak yang pintar dan berprestasi, ia selalu juara kelas dan setiap mengikuti kegiatan lomba selalu meraih prestasi yang bagus, sangat disayangkan mungkin. Namun apalah daya reina hanya hidup sebatang kara hanya memilki ibu angkat, jika bukan ibu angkatnya yang membiayai siapa lagi.
Di pagi hari :
"Hey....cepat bangun! Jam berapa ini? Jangan malas-malasan, ayo cepat bangun!" Dengan nada keras reina ibu angkatnya membangunkannya.
"Eehhh....iya sebentar bu"
"Ayo cepat! Pemalas kamu ini! Kalau kamu kesiangan nanti jualannya tidak habis!"
"Iya....bu"
"Aku mandi dan sarapan dulu ya bu"
"Tidak usah mandi! Dan tidak ada sarapan, ibu tidak punya uang untuk sarapan! Ya sudah sana kamu ganti pakaianmu!" Masih dengan nada keras bicar sarnih ibu angkatnya reina.
"Iya bu...."
"Mana barang daganganya bu?"
"Ini barang dagangannya, ada dua keranjang semua dagangannya, jika jualannya belum habis jangan pulang dulu, awas kalau pulang belum habis akan ibu kunci di dalam kamar terus ibu tidak akan kasih makan kamu, ingat itu!"
"Iya....iya bu" jawab reina dengan nada ketakutan.
Reina kemudian bergegas menjajajaki barang dagangannya dari kampung kekampung. Ia harus menghabiskan barang dagangannya yang begitu banyak.
Hari semakin senja, sementara barang dagangan reina masih tersisa setengah keranjang lagi. Ia berpikir tidak mungkin reina bisa menghabiskan barang dagangannya sementara waktu senja mulai terlihat gelap. Dengan perasaan khawatir dan takut di campur perasaan lelah reina beristirahat di depan sebuah toko yang telah tutup, sambil menjajakan barang dagangannya kembali.
"Pak....gorengannya"
"Tidak de...."
"Bu....gorengannya"
Satu jam reina menjajakan barang dagangannya di depan toko, sementara tidak satupun ada yang membeli barang dagangannya.
Jam telah menunjukkan jam 5 sore, reina makin khawatir di campur perasasan sedih sebab barang dagangannya masih tersisa. Ia merunduk melamun sambil menangis karena barang dagangannya belum habis. Ia memikirkan apa yang dikatakan ibu angkatnya, seandainnya reina pulang barang dagangannya masih tersisa ia akan mendapat hukuman oleh ibu angkatnya.
Jam telah menunjukkan jam 5 sore, reina makin khawatir di campur perasasan sedih sebab barang dagangannya masih tersisa. Ia merunduk melamun sambil menangis karena barang dagangannya belum habis. Ia memikirkan apa yang dikatakan ibu angkatnya, seandainnya reina pulang barang dagangannya masih tersisa ia akan mendapat hukuman oleh ibu angkatnya.
Tiba-tiba seorang Bapak-bapak paruh baya menghampirinya.
"Kenapa kau nak?"
"Aku takut pak" jawab reina yang terlihat benar-benar ketakutan.
"Iya takut kenapa?" Tanya kembali bapak paruh baya tersebut.
"Aku takut pak....seandainya barang daganganku tidak habis, aku akan kena hukuman".
"Hukuman apa? Kok....sampai sekejam itu orang tuamu?"
"Jika baranganku tidak habis, aku akan di kunci didalam kamar dan tidak akan dikasih makan. Dia bukan ibuku pak, ia hanya ibu angkatku"
"Lalu kemana orang tuamu?"
"Bapak dan ibuku sudah lama meninggal pak, kini aku hanya tinggal dengan ibu angkatku"
"Owh....."
"Ya sudah....sekarang bapak akan beli semua barang daganganmu yang dikeranjang itu"
"Benar pak....barang dagangan saya, gorengannya sudah dingin pak, mungkin sudah tidak enak lagi di makan"
"Tidak apa-apa....berapa semua?"
"Rp. 45.000 pak...." jawab reina sambil tersenyum dan mengusap air matanya.
"Nih uangnya nak....sekarang kamu pulang ya waktu dah sebentar lagi mau magrib"
"Iya makasih pak....sekali lagi makasih pak" jawab reina dengan wajah agak sumringah.
Akhirnya dagangan reina habis terjual, ia pun berlari tunggang-langgang penuh kegembiraaan. Tuhan telah menolong dirinya melalui seorang bapak paruh baya yang memborong barang dagangannya dan reina pun akan terlepas dari hukuman oleh ibu angkatnya.
Comments