PTK BAB II

BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A.      Hakikat PKM
Sebagai muara dari program S1 PGSD dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan kemampuan profesional guru SD dalam mengelola pembelajaran atau menyajikan materi pelajaran. Sebagai seorang profesional, guru SD bertanggung jawab sebagai guru kelas yang mengajar minimal 5 (lima) bidang studi (Pendidikan Kewarganegaraan/PKn, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Sosial/IPS, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam/IPA) atau mengajar secara Tematik (untuk guru kelas I, II, dan III). Disamping itu, guru SD juga dituntut untuk mampu memperbaiki dan/atau kualitas proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas belajar siswa.
Kompetensi yang diharapkan, dikuasai mahasiswa setelah mengikuti PKM adalah mampu memperbaiki dan/atau meningkatkan kualitas pembelajaran bidang studi atau  pembelajaran tematik yang diajarkan di SD, dengan menerapkan kaidah-kaidah PTK. Secara lebih khusus, mahasiswa diharapkan mampu :
1.  Merencanakan perbaikan/peningkatan kualitas pembelajaran berdasarkan hasil inkuiri melalui refleksi setelah pembelajaran berlangsung.
2.  Melaksanakan perbaikan/peningkatan kualitas pembelajaran dengan menerapkan kaidah dan prinsip PTK; dan
3.  Mempertanggung jawabkan tindakan perbaikan/peningkatan kualitas pembelajaran secara ilmiah dalam bentuk laporan.
Dengan dikuasainya ketiga kemampuan tersebut, kemampuan professional guru diharapkan semakin berkembang. Disamping itu, laporan PKP dapat digunakan sebagai karya ilmiah untuk keperluan pengumpulan angka kredit (kenaikan pangkat) bagi guru.

B.      Hakikat PTK
PTK adalah Penelitian Tindakan Kelas, yaitu proses penelitian sistematis yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi tentang bagaimana guru mengajar dan siswa belajar serta melakukan tindakan untuk memperbaikinya (Mills, 2000). Schmck (1997) mengemukakan bahwa PTK adalah proses penelitian yang sistematis dan terencana melalui tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri.
PTK bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru sehingga kualitas pembelajaran menjadi lebih meningkat. PTK perlu dilakukan oleh para guru untuk memperbaiki kinerjanya dan meningkatkan hasil belajar siswanya. Menurut Wardani, dkk., (2005) guru perlu melakukan PTK karena alasan-alasan sebagai berikut:
1.  Guru mempunyai otonomi untuk menilai sendiri kinerjanya. 
2.  Temuan berbagai penelitian pembelajaran yang dilakukan oleh para peneliti sering sukar diterapkan untuk memperbaiki pembelajaran. 
3.  Guru adalah orang yang peling akrab dan paling mengetahui kelasnya.
4.  Interaksi guru dan siswa berlangsung secara unik. 
5.  Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat pengembangan mempersyaratkan guru untuk mampu melakukan PTK di kelasnya.
    Dengan melakukan PTK, guru memperoleh banyak sekali manfaat, baik bagi dirinya, siswanya, maupun kelasnya. Menurut Wardani, dkk., (2005) manfaat PTK bagi guru antara lain:
1.  Membantu guru memperbaiki pembelajaran. 
2.  Membantu guru berkembang secara profesional. 
3.  Meningkatkan rasa percaya diri guru. 
4.  Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
Selain manfaat, PTK juga memiliki kelemahan dan keterbatasan, yaitu:
1.  Kesahihan atau faliditasnya yang masih sering disangsikan. 
2.  Tidak dapat melakukan generalisasi karena sampel sangat terbatas. 
3.  Peran guru yang sekaligus bertindak sebagai pengajar dan peneliti sering membuat guru menjadi sangat repot.
Keterbatasan tersebut hendaknya bukan menjadi penghalang bagi guru untuk melaksanakan PTK tetapi justru menjadi tantangan bagi guru untuk menemukan berbagai kiat dalam melaksanakan PTK. Salah satu untuk mengatasi keterbatasan “tidak dapat melakukan generalisasi” adalah dengan pemberian informasi yang komprehensif tentang kondisi subjek dan lokasi kelas yang diteliti, di samping berkolaborasi dengan guru lain atau teman sejawat.

C.  Hakikat PKP
·     Sebagai muara semua mata kuliah.
Program S1 PGSD dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan kemampuan profesional guru SD dalam mengelola pembelajaran atau menyajikan materi pelajaran. Sebagai seorang profesional, guru SD bertanggung jawab sebagai guru kelas yang mengajar minimal 5 (lima) bidang studi (Pendidikan Kewarganegaraan/PKn, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Sosial/IPS, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam/IPA) atau mengajar secara Tematik (untuk guru kelas I, II, dan III). Disamping itu, guru SD juga dituntut untuk mampu memperbaiki dan/atau kualitas proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas belajar siswa.
                Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus mengetahui perkembangan kognitif siswa. Hal ini sangat diperlukan karena berguna untuk menyelesaikan materi, media maupun strategi pembelajaran yang akan dipilih dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Dra. Roestiyah N.K (1989;1) guru harus memiliki startegi yaitu harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasa disebut metode mengajar.
·     Sebagai sarana Proses belajar Bermakna
    Proses belajar dinilai optimal bila melahirkan perubahan perilaku     secara bermakna. Asubel (1974) merumuskan bahwa proses belajar dinilai bermakna (meaningfull) bila dalam diri siswa terjadi perpaduan bekal ajar awal atau kemampuan awal (entry behavior) dengan materi baru. Penerapan metode apapun di dalam kelas, targetnya hanya satu yakni proses belajar siswa.
Keberhasilan belajar bukan hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan “makna” oleh siswa dari apa yang mereka Lakukan, Lihat, dan Dengar (West &Pines).

D.      Kaitan PKM dan PTK
PTK merupakan pengembangan dari PKM yang telah ditempuh mahasiswa pada semester 4. Program PTK merupakan sebuah proses penerapan konsep PTK pada situasi nyata yang diberi bobot studi. Dengan kata lain, program PKP adalah pengembangan dari matakuliah PKM dengan kerangka pikir PTK. Dengan demikian, kemampuan yang dikembangkan melalui PKP lebih kompleks dari kemampuan yang dikembangkan melalui PKM.

E.      Kaitan PTK dan PKP
Hubungan antara pembelajaran PTK dan keberhasilkan PKP dengan peningkatan profesionalitas mahasiswa sebgai guru adalah sangat erat dan saling mendukung. Dari pembelajaran mata kuliah PTK mahasiswa memperoleh pengetahuan dan kompetensi untuk melaksanakan PTK. Pengetahuan dan kemampuan ini merupakan bekal untuk memperlancar penyelesaian tugas-tugas mata kuliah PKP. Selanjutnya, pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh dari kedua mata kuliah tersebut tentu berhubungan dan berdampak terhadap peningkatan profesionalitas mahasiswa sebagai guru.

1.   Tinjauan Tentang Belajar
Ada beberapa konsep tentang belajar yang telah didefinisikan oleh para pakar psikologi, antara lain:
1. Menurut Gagne and Berliner (1983: 252) dalam Anni, Tri Catharina (2004:2) belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya   karena hasil dari pengalaman.
2. Menurut Morgan et.al. (1986: 140) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.
3. Menurut Slavin (1994: 152) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.
4. Menurut Gagne (1977: 3) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 2) belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia, yang berlangsung selama  periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.
5. Menurut Hamalik :1986 : 41 Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah menilai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan sekaligus mengembangkan dirinya, oleh karena belajar sebagai suatu kegiatan telah dikenal dan bahkan sadar atau tidak telah dilakukan oleh manusia.
6. Sudjana: 1989 mengatakan bahwa belajar adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan Gagi Berliner juga mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses di mana organisme berubah  perilakunya akibat pengalaman (Anonim 1996 : 4).

Dari konsep di atas tampak bahwa konsep tentang belajar mengandung tiga unsur utama, yaitu:
a. Belajar berkaitan dengan perubahan perilaku.
b.Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses   pengalaman.
c. Perubahan perilaku terjadi karena belajar bersifat relatif permanen.
Jadi, belajar (learning) mengacu pada perubahan perilaku yang terjadi sebagai akibat dari interaksi antara individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku yang dimaksud dapat berbentuk perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Anni, Tri Catharina (2004: 3). Benyamin S. Bloom (Gay,1985: 72-76; Gagne dan Berliner, 1984: 57-60) dalam Anni, Tri Catharina (2004: 6) mengusulkan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu:
1.   Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual yang mencakup kategori: pengetahuan/ingatan, pemahaman, penerapan/aplikasi, analisis, sintesis, dan penilaian

2.   Ranah Afektif
Taksonomi tujuan pembelajaran afektif, dikembangkan oleh Krathwohl dkk, merupakan hasil belajar yang paling sukar diukur. Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuan pembelajaran ini mencerminkan hierarki yang berentangan dari keinginan untuk menerima  sampai dengan pembentukan pola hidup.

3.   Ranah Psikomotorik
Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih dengan ranah kognitif dan afektif.
Dari penjelasan di atas, maka ranah-ranah tersebut harus selalu       diperhatikan, karena satu sama lain saling menunjang dalam kegiatan      pembelajaran.

2.   Hakikat pembelajaran
Hakikat pembelajaran adalah merupakan sebuah proses pembelajaran dimana guru berfungsi sebagai tranformator dan siswa sebagai mediator  dengan menggunakan media dan alat peraga tertentu untuk memperjelas pemahaman  suatu konsep.
Selain itu mengajar dapat diartikan mengatur dan mengorganisasikan      lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian pemikiran antara  para ahli yang satu dengan yang lainya berbeda permasalahannya.
a. Menurut Bruner (Sapriya, 2007: 38) Pembelajaran harus berhubungan dengan pengalaman serta konteks lingkungan, sehingga dapat mendorong mereka untuk belajar.
b. Teori Dienes (1965) Bagian ini Dienes berpendapat, sebaiknya konsep       diajarkan melalui penemuan, tidak melalui pemberitahuan dan siswa           sebaiknya berpengalaman memanipulasi benda konkrit. pengajaran dimulai dengan contoh-contoh yang menuju pada suatu konsep, secara induktif.
c. Alat peraga dalam mengajar memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar-mengajar yang efektif Sudjana (1989 : 99).
d. Kemudian Ruseffendi (1982 : 6) juga berpendapat, sebaiknya mengajarkan sesuatu konsep diusahakan melalui berbagai media dan berbagai cara    mengajar agar lebih dapat dipahami.


Comments